Pure buat piting ini catetan....
Hai…aku menulis orak arik ini tepat dimalam minggu seminggu
setelah pertemuan penutup sebelum pertemuan yang belum bisa ditentukan akan
terencana kapan. Tidak ada perasaan
menyesal sejak pertemuan itu, sudah ada feeling bahwa sepertinya memang kemaren
pertemuan penutup. Mata tak bisa bohong, dan sepertinya kamu merasakannya. Dan memang
karena waktu yang seperti ini yang menciptkan. Aku merasa ingin mengungkapkan
beberapa part yang ingin aku orak arik.
Pertemuan perdana yang tidak akan aku lupakan. Kita berbincang
mengenai “karir” perkuliahan dan dunia kampus beserta organisasinya. Tak perlu
waktu lama mungkin, tapi waktu itu sudah membuat aku yakin bahwa akan terasa
lebih lengkap kehidupanku jika beriringan dengan pemikiran matangmu. Aku sangat
ingat waktu itu dan sepertinya tidak bisa aku lupa. Jika kamu menanyakan “kenapa
bisa” maka aku hanya bisa menjawab “entah” karena memang aku tak tau dari mana
keyakinan itu muncul.
Memang ibarat pohon kita masih bertumbuh. Belum tinggi, jauh
dari kata besar, mengingat waktu bertumbuh yang belum terlalu lama, tapi dengan
banyaknya komunikasi dan kadang selisih paham yang kita alami semakin memahami
bagaimana “real” pemikiranmu, yang menyadarkan diri bahwa aku sangat
kekanak-kanakan dan hanya punya sikap dewasa setengah matang. Dan kamu mampu
merangkak untuk tidak meninggalkan dan tetap membimbing sampai saat ini. Terima
kasih.
Sebenarnya banyak yang ingin aku tulis. Tapi tak sanggup aku
ketik. Sebentar lagi. Mm…mungkin ini rangkumannya saja ya…
Untuk komitmen dari komunikasi yang kita bangun kita sudah
sangat matang untuk punya visi yang sama. Hanya karena targetku yang selama ini
menjadi “kerikil” manis untuk merealisasikannya. Aku terlalu memintamu untuk
bersabar. Semoga kamu menerima ya…sepertinya menerimanya. Angka itu (tak usah
ditulis ya,,,hhe) sudah disepakati. Dan sudah jadi janji pribadi di
masing-masing hati. Kita tampak kompak
Sebentar lagi…bukan..beberapa hari lagi “real” jarak jauh
akan kita jalani. Mmm..tanpa bercerita aku sudah banyak menyimak kisah “jarak
jauh” dari sebuah buku. Sebenarnya aku mengharapkan ada pertemuan selanjutnya
dan aku akan ceritakan salah satu kisahnya, tapi kita sama sama tau mengapa
tidak bisa, maaf sekali lagi. Lebih baik aku ceritakan disini. Dari buku itu
ada dua orang yang mengalami hal serupa seperi kita. Si wanita bekerja sebagai
perawat disatu kota, sedangkan si pria menjadi polisi dipulau terpencil yang
sulit ditempuh perjalanannya. Komunikasi mereka hanya melalui Hp. Happy end. Dalam
beberapa waktu mereka bersama. I hope we will….
Muhammad Fithri Rahmani…aku memang punya dua mata tapi tak
bisa melihatmu…dua tangan yang tidak bisa menggenggam tanganmu…dua kaki yang
tak bisa berjalan denganmu…tapi aku punya hati yang tulus untukmu.. percaya kok
CCTV Allah akan menjaga dan melindungi kita.