Tiba-tiba
niat nulis terbersit. Buka saja leptop sebelum pagi datang dan skripsi
menghadang.
Kita
itu terlahir seperti kertas putih loh pada dasarnya, tanpa warna dan kata
apapun. Pemain utama yang wajib mewarnainya adalah orang tua. Mereka mengambar
angan yang kadang menjadi harapan mereka dengan tinta kasih sayang. Mereka menumpahkan
dengan kuas ketegasan dan kadang melukiskannya dengan benang ketegasan. Sadar atau
tidak kita seperti wayang yang siap dilepas pada saatnya. Kita akan melangkah
individual dan menari dengan tak lepas dari pandangan mereka. Saat kamu
menanamkan niat tulus dalam hati bahwa orang tua adalah sebenarnya bekal yang
tak akan pernah habis layaknya baling baling bambo doraemon yang bisa
mengantarkan kita kemana saja, maka yakinlah layaknya seorang tukang ojek akan
mengantarkan kita ketujuan dan pesan layanan antar akan menyampaikan pesan
sesuai ketujuan, tak ada yang sia-sia. Benar. Kasih sayang mereka adalah
amunisi nafas kita kan.
Lahirlah
pribadi sosial bisa ada dilingkungan tempat kita bernafas sekarang. Seorang guru
pernah berkata bahwa kadang kita perlu menjadi pribadi dengan pendengaran masuk
kuping kanan keluar kuping kiri, saring sedikit. Lihat, amati, modifikasi. Apa yang
kita anggap baik maka ambil yang baik begitu pula sebaliknya. Layaknya saat
orientasi buah disatu pohon, ambil yang ingin matang sisakan yang sudah terlalu
matang. Ilmu eliminasi. Itulah hidup. Kadang kesalahanlah yang menjerumuskan
pada satu kesempatan bahwa pengalaman itu berharga. Hidup itu masakan berbumbu,
akan hambar jika hidup dengan kepura-puraan imajinasi akan lebih sedap jika
bisa mengecap pahit manisnya nafas, tapi percayalah Yang Empunya nafas tau
portalnya kok. Yakinlah. Bismilah.
Saya.
Tak sama dengan kalian pastinya. Karena memang tak ada yang sama. Hidup selama
kurang lebih duapuluh tahun ini memang tak sekomplit hidup para tokoh dalam
biografi yang menemukan benda buat masyarakat banyak atau menjadi pengubah
kerabat sekitar. Tapi seorang individu yang sedang berjalan, menerjemahkan
hidup. Modalnya suntikan nafas orang tua, keyakinan yang didapat, senyuman
kerabat. Hidup itu sederhana. Hanya sayalah yang kadang-kadang menganggapnya
berat. Karena hidup saya pasti diperindah dengan asam manisnya kehidupan.
-entah
bermanfaat atau tidak, just share for you all, thanks for reading-