Rabu, 06 Februari 2013

Merdeka……


Merdeka itu tanpa busana politik
Tak bermanipulasi imajinasi dan karakteristik
Tak menonton penjualan munafik
Dan memasang dasi bersisik

Merdeka itu bersuara
Tanpa gong yang menutup aura
Terus berujar dengan bobot sama
Bebas mengucap kata tanpa pundi indvidualisme

Merdeka itu bisa mengibarkan tawa seimbang
Tanpa alih fungsi eksklusivisme diri
Mengasah dan berkembang
Merangkap kreativitas dengan mandiri

Merdeka adalah sekarang
Bisa mengikis keterbatasan dengan mendengar
Dapat mengubur ketidaktahuan dengan melihat
Bebas bernafas tanpa jiplakan

Tiga Kembang Mencari Kumbang


Ini ada cerita gadis-gadis yang mendapatkan pengalaman tentang cerita cinta mereka. Mereka adalah gadis-gadis yang saling setia untuk merajut persahabatan bersama sejak menginjak bangku sma. Sebut saja gadis-gadis itu A,B dan C.
A,B,dan C, terpisah sejak kuliah datang menjelang. A dijurusan arsitektur,B di jurusan gizi pada sebuah sekolah tinggi kesehatan, dan C kuliah pada jurusan ekonomi pada universitas negeri dikota mereka. Mereka mempunyai ritual setiap sore sabtunya berkumpul dan bertukar kisah kejadian yang mereka alami selama satu minggu tak bertemu. Saat menuju taman ketika A berjalan dengan santai memakai casual berkerah dengan jeans yang sengaja ia robek dilutut. Rambut pendeknya terasa terurai panjang saat ia melihat seorang ‘kumbang’ tampan tak kalah dengan tom cruise atau siapalah, memberikan es krim yang ia jual di taman itu pada seorang anak yang membawa balon. Sejenak lagu terpesona milik Glenn fredly dan Audy ia rasa menggema diIndonesia.
Lain lagi dengan B, yang terperangkap pada pujian seorang anak teman ibunya yang ‘menyanjung’ masakan B yang ia buat khusus untuk menyambut teman-teman arisan ibunya yang diadakan dirumah ibunya. ‘kumbang’ itu juga ikut menghadari arisan itu karena mengantar ibunya yang baru saja mendapat kecelakaan kecil. Sejenak lagu “ini cinta terakhir…yang ingin kurajut..hanya dengan kamu…” yang biasa diperdendangkan oleh Anang dan Syahrini ini mengalun dimana. Tinggi, dan senyumnya manis. Pas dengan kumbang yang diharapkan B.
Ini kejadian tiga hari yang lalu. C berada ditengah puluhan mahasiswa ekonomi dari penjuru Indonesia yang sedang menunggu pengumuman pemenang karya tulis ilmiah tingkat nasional, sama dengannya. C merasa yakin dengan keyakinannya bahwa ia akan memenangkannya. Juara tiganya berasal dari Surabaya. Juara duanya C. betapa terkejutnya ia saat ia tak akan menjadi orang yang pertama berjabat tangan dengan orang nomor satu diindonesia. Dan ternyata juara 1 dari universitas swasta dikota yang sama dengannya. Kecewa. Tapi saat ia melihat sesosok ‘kumbang’ dengan memakai almameter biru tua tegap tersenyum simpul dan berdiri disampingnya sambil menyalami tangan C.deggg. sejenak lagu,” jadikanlah aku pacarmu…kan kubingkai slalu indahmu….jadikannlah aku pacarmu….iringilah kisahku” dari Sheila on 7 mendayung-dayung ditelinga.
Saat semua telah berkumpul. A,B,C menceritakan masing-masing kejadian ‘mengindahkan’  hari-hari mereka.  
“ yakin banget deh ini yang terakhir” ujar A.
“ dia yang mengubah hatiku yang kelabu…” ucap B
“ kalau ketemu lagi ku kan berkata, kau telah mengalihkan duniaku” tak lupa C berucap.
“ Tukirman…………” ucap mereka sambil tersenyum yang sepertinya sama-sama mengingat orang yang sama.
Sejenak mereka saling memandang dan kemudian sama-sama tertawa. Dan A berucap,”ternyata orangnya sama…siapa yang bakal jadi kembangnya”
“aku..!” ucap mereka bertiga bersamaan.
Itulah cinta. Tak bisa ditebak awal dan akhirnya. Tetap menjadi sebuah misteri yang entah siapa yang akan menjawabnya. Dan tidak bisa mengenal kasta, harta, dan tahta.
Menurutku, cinta itu rasa ingin ikhlas untuk menerima yang baik dan juga ikhlas untuk membuang hal-hal yang merugikan kehidupan. Dan jika bisa beropini, cinta yang sejati itu tidak pada yang kita cintai tapi pada yang mencintai. Jika belum merasakannya sabarlah kawan, cinta itu rasa menemukan kita ditemukan oleh cinta. Ckckck.

Senin, 04 Februari 2013

MACAN TUTUL (Manis Cantik Turunan Bantul)


Iyem seperti biasa akan mendengar ocehan kaka kelas yang selalu ia dengar setiap berjalan mengitari koridor kelas di pagi harinya. Iyem selalu memasang muka tak senangnya yang menunjukkan ia tak sependapat dengan kata-kata yang disampaikan oleh mereka. Memang iyem selalu mendapat julukan yang tak menyenangkan karena namanya yang unik yaitu Parniem. Nama jawa yang tak bersahabat dengan ibukota Jakarta. Iyem, begitu ia dipanggil disini pindah dari yogya tepatnya kota Bantul, karena mengikuti pamannya yang bekerja swasta di Jakarta.
“ mbo ya kenapa to.. temen-temen pada ngoloki aku….salah ne aku opo to?” ucap iyem dengan logat kentalnya saat ku mencoba tersenyum padanya.
“ ya kamu sabar… namanya juga jadi murid baru…itung-itung ospeknya lah….” Hiburku.
“ Kok kamu nda ikut yang lain to…ikut ngolok aku githu…”
“ karena aku belum punya alasan harus ngolok kamu…”
“ pokok e kulo harus berubah…. Nabung dari hari ini, kesalon pokok e… biar nda jadi dolanan anak-anak itu..”
“ ngikut aja…” ucapku sambil terus tersenyum mendengar logat jawanya yang kental itu.
Tak terasa dua bulan sudah aku berteman dengan iyem. Setiap latihan basket, iyem selalu setia memegang botol minumku. Saat istrahat kami menyempatkan diri untuk kekantinpun bersama-sama. Namun ada yang berubah pagi ini. Rambut Iyem yang selalu ia ikat kuda kini terurai rapi dengan potongan tipis berponi menyamping. Ia juga sengaja mengganti seragamnya yang mulai pudar dengan yang baru. Ia juga tidak lagi menunduk saat melewati koridor, ia tak segan untuk tersenyum pada orang-orang yang sebelumnya mengolokinya. Saat memasuki kelas, aku terkejut saat melihat iyem berbeda 180 derajat. Ia duduk dibelakangku, yang dengan penuh Tanya aku berbalik arah.
“ beda kamu yem…” komentarku padanya saat iyem meletakkan tas selempangnya keatas meja.
“ wa.. ya saya pengen diperen gitu lo..ya rambut saya itu modelle sama sejak saya SD e…dadi ne pengen yang beda gitu….” Jawab Iyem
“ bukan diperen yem, tapi different. Salut sih sama perubahan kamu sekarang..pasti banyak yang naksir kamu yem..”
“ wa… itu sih bonus aja…o iya Ari, maturnuwun sanget iki dah nemenin gitu, dari ne saya pertama kali masuk sekolah, sampe sekarang kamu itu temen setunggal kulo e….”
“ sama-sama yem…kamu itu temen cewek saya yang paling tulus buat temenan sama saya”
“ o iya, baru nyadar saya, temen yang baek itu selalu ada saat kita jatoh, dan nda pernah pergi saat kita seneng juga…ya toh…”
“ inggih…..igusti ayu…” ucapku dengan balasan senyum Iyem padaku. Entah mengapa ia tampak manis hari ini dimataku, dan bertambah cantik pula dengan poni baru itu…. Mungkinkah rasaku lebih dari seorang teman padanya…..